BERKAH TERINDAH

Suber photo:facebook
BERKAH TERINDAH
Oleh: Zakarias J. Helmin,-

Hari-hari kususuri jalan ini sendirian. Tak ada tujuan nan bimbang jalan mana yang harus kupilih. Entah jalan itu penuh liku atau bebatuan, dan entah jalan itu baik, sepertinya tak pernah kupeduliakan.

Sengatnya udara malam menembus kulit ini serta teriknya sang surya  takkan terasah pada raga ini.

“Mimpih” apa itu mimpih?

“masa depan” apa itu masa depan?

Bagiku frasa itu, hanyalah sebait kata/frasa tak bermakna.

“hey kamukan seorang yang berpendidikan”.

“ya benar aku tahu makna  kata itu, cuman makna itu tidak mampuh kuamalkan dalam kehidupan yang kupilih.

 “lantas kenapa” “sebab aku Cuma tahu bahwa aku miliki nafas kehidupan dan hanya itu yang kutahu”.

“ettttt....stop bertanya, aku muak dengan kehidupan ini”.

Kala kuberjalan di bawa payung pusat tata surya dengan siksaanya yang begitu kejih. sesekali jari-jemariku membentuk tanda tanya tuk menyeka air yang meleleh pada dahi. Begitu pun dikala kelam tiba yang disertai dengan hembusan yang menyengatkan itu. Aku hanya mampuh merangkul tubuh ini dengan dua lengan terbatas.
Lepuh, lesuh, kegetiran mau diapa! Terpaksa harus terima dengan kenyataan resah ini.

Mungkinkah ini akan berakhir setelah sekian lama aku berdiam dan bersimpul diri ditengah kegundahan, kepediahan, kepanasan, serta kedinginan.
Tiba-tiba kamu datang memberikan ruang kuberistirahat, memberikanku payung agar berhentilah menyekah keringatku, memberikanku selimut kelembutan kasih, dan membentakkanku untuk tidak suka mengambar simbol tanda tanya dan digantikan dengan tada seru bertanda kehidupan itu masi panjang.

Yah yah yah...sepertinya mulai sekarang akan berjalan tidak lagi merasa sendirian, menyeka, menghenig, nan membuta tidak akan lagi itu aku rasakan.
Salam buatmu wahai suara manja, wahai bayangan cengeng, terimakasih telah hadir dalam kehidupanku, atau mungkinkah aku sedang bermimpih dan jika memang iya aku takut mimpih ini sanggatlah indah, hingga aku takut membagunkannya.

Kau telah menerbangkanku begitu tinggi dengan gerakan aerobik pesawat boeingmu yang terjelmah dengan kata puitis sebagai pelipu lara bagiku.

Kamu yang hadir melalui suara, tapi mampuh mengecat tembok kehidupanku dengan multi warna. Kamu yang hanya mampuh kupandag dibalik japretan wujudmu tapi mersa bahwa kamu telah usai kutemui raudmu. Kening serta tatapan bola matamu yang belum pernah kuintipi lansung tapi seakan telah meyakinkanku bahwa kita sedang tidak berlawak/jenaka.
Hey sekali lagi kukatakan entah mimpih atau kenyataan yang kita jalanin aku cuman mau berkata biarkan ini menjadi mimpih terus yang berdiri diatas kenyataan.

=The End=

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Love story

Tapak Berlalu

Antara ara Cinta dan Logika