BERKAH TERINDAH
Suber photo:facebook BERKAH TERINDAH Oleh: Zakarias J. Helmin,- Hari-hari kususuri jalan ini sendirian. Tak ada tujuan nan bimbang jalan mana yang harus kupilih. Entah jalan itu penuh liku atau bebatuan, dan entah jalan itu baik, sepertinya tak pernah kupeduliakan. Sengatnya udara malam menembus kulit ini serta teriknya sang surya takkan terasah pada raga ini. “Mimpih” apa itu mimpih? “masa depan” apa itu masa depan? Bagiku frasa itu, hanyalah sebait kata/frasa tak bermakna. “hey kamukan seorang yang berpendidikan”. “ya benar aku tahu makna kata itu, cuman makna itu tidak mampuh kuamalkan dalam kehidupan yang kupilih. “lantas kenapa” “sebab aku Cuma tahu bahwa aku miliki nafas kehidupan dan hanya itu yang kutahu”. “ettttt....stop bertanya, aku muak dengan kehidupan ini”. Kala kuberjalan di bawa payung pusat tata surya dengan siksaanya yang begitu kejih. sesekali jari-jemariku membentuk tanda tanya tuk menyeka air yang meleleh pada dahi. Begitu pun dikala ke