Tapak Berlalu


Tapak Berlalu
Borong, 30.03 2019
Pantai Cepi Watu.Borong Manggarai Timur

Kaukah dia yang diperutus oleh kehendak-Nya. Bukankah enkau yang pernah hadir dan membuat hati ini terluka? Lantas apa makna dari keberadaan hati, serta logika jika semuanya telah ditentukan oleh-Nya. 
Seminggu aku terkungkung dalam kesepian. Bertahun-tahun aku bercengkramah dengan daya halusiku, malam-malamku hanya sibuk dengan berisi kalimat pertanyaanku sendiri, tapi semuanya ngambang. Hampir Setiap Sudut rumah kujadikan kawan diam, hanya wajah-wajah asing yang bisa kuperlihatkan tiap menitnya. 
Ayah, bunda, kakak, adik; bukan-bukan mereka, ini semua orang-orang yang tidak pernah kukenal. Keluar dari ruangan pun hanya satu jenis kalimat saja yang kudengar dari setiap orang yang kujumpai; yakni "kemana saja engkau selama ini." Aku binggung jika dahan dan ranting bisa menyampaikan pesan, kelak kau tahu apa yang sedang kurasakan;
Tidak kah engkau merasa puas dengan melihat keberadaanku kini. Lalu sekarang engkau datang lagi, dengan wajahmu yang kaumodif sedemikian rupa dengan segalah sikap santunmu persis kasir bank.
Kau datang menjejaki kembali jejakan telapakmu yang pernah kau jejaki, dan itu masi sama takan ada sesenti pun yang berubah jika sepatu yang kaukenakan pada telapakmu masi sama ukurannya. Sebab aku tahu betul kamu. Aku tahu kamu banyak koleksi topeng. Aku sering melihat adeganmu. Ketahiulah sebelum niatmu melangkah jauh, bahwa aku di sini suda jadi orang lain, mungkin bukan yang seperti dahulu lagi, yang kau kenal untuk meng-iyakan semua tingkah dan perkataanmu. Atau mungkinkah aku telah menemukan diriku dari pertanyaan         “siapakah aku”. 
Fajar telah rekah menjadi sunset yang berkilauan, nasi telah tanak, untuk apa diungkit lagi. Semuanya sirnah dan itu indah; indah untuk diresapi; indah untuk dijadikan kenangan yang pahit dan pelajaran yang manis.
Baiklah akan kuperjelas semuanya jika pernyataanku masi ngambang; ingatkah kau saat di rumah yang banyak isi kamarnya, di situ terdapat ruangan berukuran 4x5 dan disana kau tinggal? Kaumenuturkan kalimat “pulanglah kau sekarang juga”. Bakahkan berulang-ulang kausebut. 
Ingatkah kau saat berada di coffe dengan deretan meja bundar bertata rapi dan aku salah mesan; aku pesan kopi ternyata kesukaanmu susu coklat, terus kamu ngamuk tidak terima dengan kesalahanku dan kamu minggat beranjak pergi? Ingatkah kau saat pijar teras bersayup-sayup, kau dan aku berada di bawah teduhan seng, duduk diatas tembok teras, sementara cover berisikan kosmetik dan pakaianmu berada di lantai menunggu taxi menjemputmu, kemudian lagi dan lagi kaumengelurkan bahasa yang paling benci untuk kudengar; “apa si profesimu, gajinya kecil”, dengan nada sinis kau pun ucapkan?
Ingatkah, ingatkah engkau akan semuanya itu?
Lantas sekarang kauhadir seakan menjadi pahlawan dengan Bahasa pelipularamu yang mengagungkan. Kausedikit menyembunyikan dirimu yang dahulu, bergaun Chelsea Olivia, berperan aktris protagonis, benar-benar paket komplit.  Sekarang kukatakan sekali lagi tidak. Walaupun malam pernah berisikan tawa, kecut kita jadikan manis, air putih kita sulap jadikan arak, tetapi aku pun mengatakan dengan cukup keras dan berteriak tidakkkkkkkk! 
Tidak cukup bagimu untuk mengembalikan waktuku yang lama hilang. Tidak berarti upayahmu untuk hati ini yang telah kau carik.
Ada yang hilang, namun ada satu hal pula yang datang; keikhlasan kepergianmu itu yang hilang dan yang datang yakni kemuculan sikap kecongkakan serta pikiranku dihantui oleh masa-masa dimana aku dan kamu sering mengalami situasi keritis.
Sesering mungkin aku berusaha untuk mengubur rasah Maluhku , tapi semakin dahsyat pula munculnya pikiran yang membelenggu jiwaku. Aku tak tahu cara membenamkan mentari hingga menjadi jingga; aku tak bisa menahan awan hingga menjadi butir-butir air, dan aku lebih tidak paham lagi bagaimana cara merangkai kalimat untuk bersajak. Karena aku hidup dimasa yang akan datang bukan untuk mengembalikan waktu yang telah berlalu. Kenyataannya yang telah terjadi dan kubungkus untuk menjadi kisah nostalgia yang pahit. Bukan untuk dia, juga bukan untuk kalian, tapi ini tentang aku; aku dan sepenggal kisahku.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Love story

Antara ara Cinta dan Logika