CANTIKMU TELAH MEMOTONG SEPARUH JALANKU

picture:Taken By Rzh.Photo

CANTIKMU TELAH MEMOTONG SEPARUH JALAN PANJANGKU

Kota dingin punya cerita yang sedikit buruk. Itu cuman mitos sih, tapi mungkin masi melekat pada diriku. Mungkin bagiku beranggapan Hawah, iklim sangat memengaruhi keadaan perasaan. Terkadang membeku jika berda di kutub, kadang mencair ketika di daerah yang cukup panas bagai salju yg berubah gelaster.

Setiap pertemuan pasti ada perpisahan, tak selamanya pertemuan itu berakhir happy ending. Pada kota dingin ini kutelah banyak menjumapi orang-orang namun semuanya akan berakhir begitu saja tanpa adanya perjalinan terlebi dahulu.

Namun kali ini apakah aku percaya pada mitos atau malah kupecahkan saja mitosnya. Mari kita simak cerita awal yang mungkin sangat memengaruhi keadaan pengalaman (mintos atau bukan).

Sebuah kalimat janji dadakan, yang aku sendiri belum siap sampai kutak mengerti jika ketemu benaran mau ngapain. Apa yang harus aku lakukan. Aku berbicara apa, apa kegemarannya, topik apa yang menarik untuk dibahas hingga suasana waktu tidak bisa diprediksi, tak terasa soal detik yang terbuang.

Persis ternyata janji itu benar-benar  terjadi. Sekejap skenario derama dipersiapkan. Padahal diperjalananku menuju kota Ruteng selalu dihantui pikiran yang beraneka macamnya. Sampai-sampai aku menghindari pos pengecekan gejala pandemi covid. Takunya saat kepalaku didetiksi sama alat pengukur suhu badan kepalaku dadakan panas. Panas bukan karena kutelah terinfeksi, tapi karena saking pansnya kepalaku gara-gara banyak mikir. "Siapa tahu dia hanya sebatas bohongi aku, dia bekerjasama dengan cowoknya untuk menjebak aku, aduh apa yang  kulakukan ketika memang dia benar-benar bohongi aku. Teman-temanku di kota dingin suda pada libur, terus mau nongkrong dengan siapa disana nanti". Pokoknya banyaklah hal yang kupikirkan sementara diperjalanan.

Kutarik ponsel yang kuletakan di saku sweaterku, buka aplikasi Whatsupp dan kucoba bertanya "lopo dimana" (lopo merupakan sapaan untuk dia dari saya). "Saya di pos penanganan covid e mekas, ite dimana lanjutnya", (mekas merupakan sapaan darinya ke aku). Sekalian dia mengirim foto selfynya di posco Mano. Aku mulai percaya. 
Tawuran antara otak dan prasaanku pelan-pelan mulai redah. Aku terus menayakan tempat yang baik untuk bertemu, hingga obrolan lewat whatsupp kuakhiri dengan menghubunginya per nelfon prabayar, untuk mendiskusikan tempat yang harus kami tuju.

Kali ini ada apa dengan Kopi Mane, beruntung aku adalah aktor yang pandai menyembunyikan rasa. Sikap angkuh, sok ngak terlalu perhatikan dia, Aku lakonin, tapi kenapa dia mengingkar janji, dia selalu tesenyum padahal sebelumnya  suda membuat janji untuk tidak selalu tersenyum ketika mengobrol denganku,  lantas dia melanggarnya.

Seseorang duduk di bangku paling pojok membelakangi dinding anyaman bambu yang menghalangi jalan, di samping kirinnya ada  adiknya yang kelas Tiga SMP diajaknya  selalu sibuk dengan otak-atik hpnya. Sementara aku menempati kursi yang berda di samping kanannya. Aku berhadapan dengan adiknya. Persis dia adalah manajer prusaahan yang sedang memimpin rapat, aku dan saudara kecilnya itu adalah karyawan yang menantikan instruksi dari atasan.  Sekali-sekali kumemperhatiakan deretan meja coffe yang kurasa sedikit berantakan. Pelanggan coffe sangat sepi siang itu, emang si kami nyadar jika kami datang diwaktu yang sedikit salah, apa mungkin karena wabah yang sementara meraja lelah ini tuk membinasakan manusia hingga keadaannya sepih.


Taken by:Rjh.photo

Seseorang itu mengenakan busana super black, baju kaos hitam, sesekali juga dia memakai jaket hitam, sedikit aku muji si... jaketnya itu, trus jeans hitam yang sedikit sengaja dilipat bagian bawahnya, kelihatan ada satu yang buakan hitam, untuk melengkapi penampilannya biar lebih trenddy, keren masi ada sepatu putih yang dikenakan pada kakinya pula. Waoo mata pria mana coba yang tidak mengagumi penampilan dari seseorang itu, ditamba dia tinggi, rambut lurus, mines idungnya hanya 3 cm heheheehhe bercanda.

Aku terlamun dalam pemandangan itu, mataku engan berkedip, bola-bola mataku berkeluyuran mulai dari ujung rambutnya hingga pada jengkal kakinya, memeperhatiaknnya begitu detail. Segala skenario yang dadakan kubuat gagal aku peranin, sepertinya aku bukan aktor yang baik dan belum profesional amat. Terlalu cepat baper dengan lawan main. 

Oh iya aku lupa ada nota dari barista yang diletakan diatas meja, jujur aku tidak berani mau mesan, kusodorkan aja kertas kecil itu dan balpoin snowman ke hadapannya. Aku kurang tahu persis nama minuman apa yang dia mesan atau yang dia suka, tapi aku tau bentuknya. Dia dan adiknya memesan minuman yang ditaburi coklat, vanila milk kali yah? atau mungkin cocolate? ah tukan lupa benaran kan? Lalu dia bertanya ke aku "mekas ite mesan minuman apa", "ada menu yg ada kata kopinya disitu kah?" Kebetulan ada yg namanya super black arabican, aku cuma mesan itu. Aku bertanya lagi "ada snacknya kah?, mau mesan snack apa" dia kembali mengangkat kepalanya terus matanya menari- nari di spanduk berisikan daftar menu yang terpampang pada dinding persis di depannya, sementara itu mataku memperhatikan expresinya, gesturnya. Gimana tidak aku tersipu dalam gerak-geriknya. Lentik alisnya, lesung pipinya, seakan menawarkan otakku bekerja sekuat mungkin, menghadirkan cerita-cerita fantasi, membawanya kedalam dunia Aladin, memberinya misteri Demian sang magistion, menghiburnya dengan kata-kata Kahlil Gibran. Oh tidak-tidak. Bibirku terkatup, otakku jadi buyar, jantungku berdegup lebih kecang dari biasanya. Semakin dia bertingkah, seakan menyuruhku untuk berhalusinasi dalam diamku.

Tiga gelas minuman telah ada di atas meja berukuran 1x1itu, kopiku yang belum ditaburi sugar sengaja coba seteguk kuseduhi dulu, biar pahitnya hidup, asinnya garam untuk terakhir kalinya aku coba rasakan, biar setelah itu disetiap teguka-tegukan selajutnya kutaburi dengan gula, berharab semanis gula itulah kehidupanku selanjutnya. Tu kan halusinasi lagi🙄

Roti panggang tiga porsi menyusul yang sempat sedikit kami protes "ko tiga porsi, masa cuma sepiring doang yang ada" kami pun ketawa sambil melihat bentuk dari roti itu. Kucoba merapat ke meja barista itu, ternyata selebinya masi proses pemanggangan. Mbak, mas ngmong ke dari tadi.

Cuaca kota dingin kurang begitu setabil. Hujan deras mendemokan atap tenda coffe hingga kuping terasa bising. Sesekali aku mengulangi lagi kalimat yang sama dengan menaiki volume suara agar pesanku tersampaikan, begitu pula dengan dia. Ditamba lagi bunyi sepeda motor racing bersahutan dengan dentuman bunyi mobil betul- betul kurang kondusif. Ada baiknya juga si sebenarnya. Kalimat yang salah bisa diperbaiki seketika pula, sehingga kesanya tidak kelihatan nerveus. Hem benar ngak sih aku nerveus?

"Hujan tolong saya, mohon izinkan aku agar tidak berkali-kali mengulangi kalimat yang sama, biarkan aku mencoba untuk merangkai kalimat baru yang belum terucapkan biar kutakpangling dengan sendirinya".

Jam pada poselku terus berdetak, limit waktu kami untuk bersama semakin menipis, segala misteri ada yang terkuak, dan selebinya malah makin menjadi misteri. Ada perdebatan, ada tawa dan hening, namun dibalik itu  ada rindu yang tersiksa. Kamu pulang bole-boleh aja, asalkan jangan lupa bingkiskan kembali segala candamu di tempat ini jika hanya datang membunuh sepihmu. Aku tak sanggup menanggung rinduh yang begitu berat kata si Dilan 1990.

Setelah semuanya ini berlalu paling ada tuh diantara kita yang sibuk begadang terus mengotori meja kerjanya dengan berserakan sampah-sampah kertas berisikan kalimat-kalimat tak terpakai, ada yang memeluk bantal guling, dan memejamkan matanya ke langit-langit kamar, sesekali menyalakan poselnya sambil mencarikan koleksi lagu-lagu galau pada gudang musiknya.

Aku ke-pd-an yah? Jelas aja, gimana tidak. Semenit aku denganmu kamu mampu mengajariku kata minta maaf, menit berikutnya aku tahu jika seseorang telah banyak mengujiku, mengerjainku, memberikan penilain terhadap karakterku yang sebagiannya aku tidak menyangka jika itu ada pada diriku, yah walaupun persepsinya terhadapku terlalu lebay, dan memasang standar yang tinggih.

  1. Nex to my litel book.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Love story

Tapak Berlalu

Antara ara Cinta dan Logika