TANPA ARAH
TANPA ARAH
Oleh: zakarias J.
***tulisan
ini kupersembahkan kepda bundaku yang mensuport aku dari alam yang tidak pernah
kukenali
Dan
buat seseorong yang masi bertengger tegap disampingku; ayahanda terhebatku.***
Siang
tadi aku tidur terlelap sesamapi keadaan hari suda mulai gelap dan aku pun bangun
gara-gara anak-anak bermain air hujan di depan rumah orang tuaku, ribut tak
beraturan bersorak air hujan turun dan berderai diwajah mungil mereka. Kepalaku
terasa penat, pikiranku menjadi kacau suara anak-anak itu kian menusuk pada
dinding eustakeusku.
Awalnya niatku membentak mereka untuk tidak beribut, tapi setelah kumelihat wajah mungil mereka yang disertai dengan candah mereka setiap kali air hujan meriaki tubuh mereka sambil menyebur air keruh dari tanah. Sepertinya mereka sanggat senag nan ceriah, dan setelah kupikir-pikir apa gunaya kumemarahi mereka semntara ini adalah kesenagan mereka. Sudalah lagian ini saatnya untuk bangun, dari pada aku harus tidur terus yang malah dibingungkan oleh mimpih yang berkepanjangan, apa lagi mimpinya Cuman sejenis yakni wajah-wajah perempuan ayu yang cukup ditemukan dalam dunia mimpi tanpa ada dalam dunia nyata, hehehehe.
Awalnya niatku membentak mereka untuk tidak beribut, tapi setelah kumelihat wajah mungil mereka yang disertai dengan candah mereka setiap kali air hujan meriaki tubuh mereka sambil menyebur air keruh dari tanah. Sepertinya mereka sanggat senag nan ceriah, dan setelah kupikir-pikir apa gunaya kumemarahi mereka semntara ini adalah kesenagan mereka. Sudalah lagian ini saatnya untuk bangun, dari pada aku harus tidur terus yang malah dibingungkan oleh mimpih yang berkepanjangan, apa lagi mimpinya Cuman sejenis yakni wajah-wajah perempuan ayu yang cukup ditemukan dalam dunia mimpi tanpa ada dalam dunia nyata, hehehehe.
Kebetulan di kampungku kekurangan
air, jadi biar tidak sibu-sabuk lagi mencari air untuk mandi mendingan mandi
air hujan. Sesegera mungkin kulekaskan bajuku yang tersisa Cuma celana
olahraga yang panjangnya sebatas lutut, lalu kupercikan air kebagian perutku;
dingin suda mulai terasa, perlahan kumenyeduhkn tubuhku dibawa pancuran air
seng; dinginnya terasa betul.
“kenapa air ini terlalu dingi
ko lebih dari biasanya, ah mungkin karena darah masi beku lagian baru
bangun tidur juga. Atau apa nanti saya yang terlalu rapuh hingga ragga saya
mersa dibekukan juga” pikirku kala itu.
Kumenoleh kearah anak-anak itu
bermain, mereka kelihatan tak ada rasa menggigil sama sekali “ loh ko mereka
bebas ya?” lanjutku.
Sebenarnya air hujan ini tidak terlau dingin Cuma perasaanku yang mungkin masi terkunggkung oleh sesuatu yang membuat diri ini merasa dikucilkan.”Cobalah aku harus bebas seperti anak-anak itu” perkataan yanga sedikit terlintas di kepalaku kala itu.
Sebenarnya air hujan ini tidak terlau dingin Cuma perasaanku yang mungkin masi terkunggkung oleh sesuatu yang membuat diri ini merasa dikucilkan.”Cobalah aku harus bebas seperti anak-anak itu” perkataan yanga sedikit terlintas di kepalaku kala itu.
“hey anak-anak ayo kesini kita
main air bersama-sama?
Kebahagiaan yang dialami oleh
anak-anak tersebut sempat tersemat kedalam jiwaku juga. kurasahkan kebahagiaan mengalir
yang dibagikan oleh anak kecil yang awalnya tidak pernah seculi pun kuanggap akan
keberadaan mereka.
Kedinginan pun berlalu, air
hujan terus mendelu kesekujur tubuhku. karena suda basah kuyub lansung saja aku
oleskan sabun ke seluruh tubuhku dan selesailah kumandi sore itu, selesailah
suda kedinginaku sore itu.
SORRY CONTINUE TO MY LITTEL BOOK***
“Untuk apa aku ada”
“Mengapa pikiran ini terus mengekang
raggaku”
“Kapan aku bisa hidup damai
dengan pikiranku”
Entah mengapa
pertanyaan-pertanyaan itu selalu saja mengangguku ditengga merasa kebinggungan.
Kuberusaha tuk menjawab tapi
jawaban-jawaban itu hanya sederet pertanyaan yang makin membingungkanku.
“Apa sih? Yang membuat diriku
terus-terusan berpikir?”.
Semua orang beranggapan mungkin
hidupkulah yang paling tenteram dan super damai, diliat dari usia masi mudah,
suda punya pekerjaan, belum punya tanggungan, trus apa lagi yang harus
dipikirkan. Memang benar sugesti-sugesti tersebut, akan tetapi Bagiku itu
hanyalah sebua mitos yang sulit terpecahkan pabila harus melihat kedalam
diriku, yang mungkin itu semua hanyalah gambaran fisik tanpa mereka tahu kalau
saya dibebankan dengan anggapan-anggapan tersebut.
Terlalu banyak refrensi yang
pernah kupelajari terkhusus buku yang menggambarkan tentang pikiran, termasuk
buku yang ditulis oleh motivator dunia yang berikut ini saya kukutipkan sedikit
kalimatnya.
“Apakah Anda mengendalikan pikiran atau pikiran yang mengendalikan Anda?
Pikiran kita menciptakan realitas. Setiap hari dengan berbagai cara, kualitas
berpikir Anda menentukan kualitas hidup Anda. Masa lalu, masa kini dan masa
depan Anda dibentuk oleh pikiran Anda. Ketika Anda mengubah cara berpikir,
hidup Anda akan berubah. Pikiran Anda benar-benar dapat mendorong Anda untuk
meraih kesuksesan atau sebaliknya, menggagalkan Anda. Kapanpun Anda ingin dapat
lebih banyak mengingat dan lebih sedikit merasa khawatir, kendalikan amarah
Anda atau bebaskan ambisi Anda. Selalu ada cara untuk mengubah hidup Anda
menjadi lebih baik dengan cara mengubah cara berpikir Anda, (James Borg)”
Hal ini kulakukan kadang hanya
untuk mencari kedamain dalam diri, kemudian ada orang terdekat saya yang sempat
memberikan sedikit ceramah “bercurhatlah dengan Tuhanmu disanalah tempat yang
paling damai untuk segalah keluh kesahmu; kemudian ada lagi yg berceramah
nikmatin ajalah setiap alunan pikiranmu itu, kemanapun daya hayal membawamu
maknailah mungkin itu yang membuatmu girang.
Ok untuk cereramah-ceramah ini
saya tidak bisa menjelaskan dengan
kata-kata karena saya hanya berusaha untuk menuruti, melainkan saya hanya
memberikan satu pertanyaan bailik “ apakah kalian pernah didatangi oleh yang
namanya pemikiran yang datanang dan diam sejenak dalam ubun-ubun kalian,
kemudian pergi begitu saja ibarat jelangkung datang tak dijemput pulang tak
diantar, lalu tanpa jejak terlihat hanya sedikit pening kening kalian sesaat?
Kalau pun kalian menjababnya
dengan pernyataan hal yang sama dengan yang saya rasakan, kemudian malah kalian
melontarkan pertanyaan balik sebagai jawabannya, maka saya simpulakn demikian;
hal yang absrak tidak bisa kalian mengubahnya menjadi corak deformatif dalam
sebuah karya seni rupa.
Komentar
Posting Komentar